UPACARA PEMBUKAAN PRA PENDIDIKAN DASAR MILITER RESIMEN MAHASISWA SATUAN 042/INDRA BUMI UIN SUSKA RIAU
Masih Banyak yang Belum Bisa Membedakan Antara Pengambil Kebijakan dan Pelaksana Keputusan
uin-suska.ac.id – Dalam bincang-bincang sore dengan Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum (LKBH) UIN Suska Riau Kamis (5/11/2015), ketua LKBH Peri Pirmansyah, SH, M Hum mengungkapkan, masih banyak permasalahan dalam administrasi dan Birokrasi UIN Suska Riau. Salah satunya disebabkan sebagian aparatur di UIN Suska Riau yang belum bisa membedakan antara pengambil kebijakan dengan pelaksana keputusan.
Padahal salah satu kesalahan terbesar birokrasi adalah, ketidak tahuan dan dangkalnya pemahaman tentang tugas dan fungsi penyelenggara pemerintahan. “hal ini tentunya akan menimbulkan kesalahan dalam menjalankan pekerjaan. Dimana kedangkalan pemahaman dan ketidak tahuan akan fungsi dan posisi, membuat birokrasi dan administrasi menjadi tumpang tindih. Akibatnya, sering terjadi lempar tanggung jawab, dan yang lebih parah adalah menyalahkan Satuan Kerja (satker) lain” ujar Peri. Agar tak terjadi hal seperti itu, selayaknya setiap Satker wajib memiliki Standar Operasi Pekerjaan (SOP).
Disamping itu, setiap individu aparatur birokrasi dan administrasi, tentunya harus memahami kedudukannya. “ jangan ketika posisi staf, ingin pula mengambil kebijakan, tentu tidak tepat karena staf itu tugasnnya pelaksana keputusan. Sebaliknya aparatur yang strukturalnya ditentukan oleh kepangkatan dan eselon, ketika seharusnya pengambil kebijakan, justru melempar tanggung jawab tupoksinya kepada struktural lain” ujar Peri.
Tak kalah pentingnya, ketika ada surat atau disposisi yang berisi perintah, jangan jawab melalui lisan atau buru-buru memanggil satker yang bersangkutan. Yang dilakukan mestinya, membalas surat atau disposisi itu dengan bentuk tertulis pula agar jelas alasannya. “karena ia bagian dari pengambil kebijakan” tambah Peri.
Hal ini diperlukan, karena setidaknya tolak ukur suatu pemerintahan yang baik dapat dilihat dari beberapa indikator. Indikator tersebut diantaranya, keterbukaan, kepastian, efisiensi, kesederhanaan, keadilan dan ketepatan waktu. Semestinya disetiap diri penyelenggara Negara harus paham, apakah dirinya pengambil kebijakan atau pelaksana keputusan. Karena kedua hal itu tentunya sudah ada di SOP.**
Penulis: Suardi
(Tim liputan Suska News: Donny, Azmi, PTIPD)
Tabur Bunga Dalam Rangka Hari Pahlawan
Upacara Pembukaan Pradiksar Menwa Satuan 042 Indra Bumi; Sarana Penyaluran Potensi Bela Negara
uin-suska.ac.id – Teriknya panas matahari siang itu, tak sedikitpun tampak dihiraukan para peserta upacara yang sebagian berpakaian ala militer dan sebagian lagi berpakaian hitam putih dengan rambut plontos. Para peserta yang merupakan anggota dan calon siswa Resimen Mahasiswa (Menwa) satuan 042/ Indra Bumi UIN Suka Riau itu tampak larut dalam barisan-barisan rapi, mengikuti langkah demi langkah upacara pembukaan pra-pendidikan Dasar Militer Menwa Satuan 042 Indra Bumi, yang digelar di halaman gedung Rektorat UIN Suska Riau (Kamis/11/2015).
Dalam upacara yang dihadiri pejabat di lingkungan UIN Suska Riau, perwakilan korem 031 Wira Bima, Polsek Tampan dan anggota-anggota Menwa Riau itu, Rektor UIN Suska Riau Prof. Dr. H Munzir Hitami, MA, selaku Inspektur Upacara menyampaikan Pra Pendidikan Dasar (Pra diksar) ke 35 ini merupakan sarana penyaluran potensi mahasiswa mewujudkan hak dan kewajiban dalam bela Negara. Ini juga salah satu upaya mempersiapkan mahasiswa untuk memiliki sikap disiplin, pengetahuan dan mental dengan nilai-nilai dasar kepemimpinan dengan tetap mengacu pada pendidikan nasional.
Diakhir pidatonya Rektor yang juga anggota kehormatan Menwa satuan 042 Indra Bumi UIN Suska Riau, selaku inspektur upacara berharap kepada calon siswa Menwa, agar dapat mengamalkan ilmu yang didapat sehingga berguna bagi nusa dan bangsa seperti yang terkandung dalam Panca Dharma Satya Menwa dan Tekan pendirian Menwa. Tak hanya di lingkungan kampus, namun juga di masyarakat seperti dalam penanggulangan Bencana alam dan komponen cadangan dalam bela Negara.
Dalam upacara pembukaan pra-pendidikan Dasar Militer Menwa Satuan 042 Indra Bumi ini, juga sekaligus dilakukan pemberian penghargaan sebagai anggota kehormatan kepada Wakil Rektor III UIN Suska Riau, Dr. Tohirin, M.pd. Pradiksar yang dilaksanakan selama empat hari, mulai Kamis (8/11/2015) hingga Minggu (8/11/2015) ini, diikuti sebanyak 42 calon siswa Menwa. Adapun materi pendidikan mencakup, pengetahuan Hankamneg, peraturan militer dasar, pendidikan jasmani militer, falsafah peguruan tinggi dan cara memberikan instruksi (CMI). Disamping itu juga ada pendidikan tambahan, terkait jam komandan dan jam upacara.
Penulis: Suardi
(Tim liputan Suska News: Azmi, Donny, PTIPD)
redaksi@ uin-suska.ac.id
Semangat Kepahlawanan Untuk Indonesia Sejahtera
by: Tim Liputan Suska News (Azmi, Suardi, Donny, PTIPD)
Upacara Puncak Peringatan Hari Pahlawan 2015 UIN Suska Riau; Menggelorakan kembali semangat Kepahlawanan
uin-suska.ac.id – memperingati hari Pahlawan dilingkungan UIN Suska Riau tahun 2015 ini, terasa agak berbeda. Memang seperti diungkapkan Humas UIN Suska Riau Yulizar, MA kepada Suska News, “tahun ini kita ingin mencoba menggelorakan kembali semangat kepahlawanan di UIN Suska Riau” ungkap Yulizar semangat.
Setelah sebelumnya, Senin (9/11/2015) dilakukan acara tabur bunga di taman makan pahlawan Kusuma Dharma, Pekanbaru. Puncaknya bertepatan hari pahlawan Selasa (10/11/2015), digelar upacara peringatan Hari Pahlawan yang diikuti para pimpinan, pengawai dan civitas akademika UIN Suska Riau.
Dalam upacara yang berlangsung khidmat pagi itu, Rektor UIN Suska Riau selaku inspektur upacara dalam hal ini di wakili WR III UIN Suska Riau, Dr Tohirin, M.Pd dalam amanatnya menyampaikan, banyak hal yang bisa kita pelajari dari sosok pahlawan. Diantaranya keteladanan pahlawan-pahlawan kita dalam berkorban, baik harta, jiwa bahkan nyawa sekalipun demi kemerdekaan Indonesia.
Para pahlawan kita berjuang tanpa pamrih demi bangsa, tanpa mengenal suku dan golongan. Inilah yang harus kita jewantahkan dengan meneladani semangat perjuangan itu. Tentunya dengan dilandasi semangat nasionalisme dan patriotisme dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini sangat penting, seiring kebijakan pemerintah yang ingin kembali menggalakkan kewajiban bela negara ditengah masyarakat Indonesia. Sebaliknya, boleh jadi kebijakan pemerintah ini juga dilandasi semakin berkurangnya nasionalisme dan patriotisme ditengah masyarakat kita saat ini.
Melihat fenomena hari ini, masyarakat kita begitu mudah terprovokasi, tersulut persoalan-persoalan kecil dan sepele. Oleh karena itu, sempena hari pahlawan ini kita gelorakan kembali keikhlasan dan semangat patriotisme pahlawan. Kita sadari kita adalah bangsa yang heterogen, namun keberagaman itu sebenarnya merupakan salah satu bentuk nikmat Allah SWT. Ungkap Tohirin.
Upacara peringatan hari pahlawan ini pun terasa begitu khidmad dan lancar, dan didukung penuh oleh Menwa 042 Indra Bumi UIN Suska Riau.***
Penulis: Suardi
(Tim liputan Suska News: Donny, Azmi, PTIPD)
Pahlawan dan Semangat Pengabdian (Prof. Dr. Syamruddin Nasution)
Guru Besar Sejarah Peradaban Islam UIN Suska Riau
SEMPENA memperingati Hari Pahlawan, suatu pertempuran dahsyat yang terjadi di Surabaya dari pasukan-pasukan pro kemerdekaan Indonesia bersama para milisi bertempur melawan pasukan Inggris dan Belanda yang ingin menguasai Indonesia kembali. Hal itu menjadi bagian dari revolusi nasional Indonesia yang perlu selalu diingat karena di situ tergambar semangat pengabdian dan kepahlawanan yang dimiliki arek-arek Surabaya yang bertekad kuat ingin mempertahankan bangsa ini dari penjajahan Belanda dan mereka berhasil mengusir Belanda keluar dari tanah air Indonesia.
Mereka yang ikut dalam perang revolusi itu disebut pahlawan bangsa yang telah rela mengorbankan jiwa dan raganya bagi sebuah kemerdekaan yang ingin mereka pertahankan. Makna pengorbanan dari pengabdian yang mereka berikan bagi bangsa saat itu tentulah sangat bernilai tinggi. Sebab kalaulah saja mereka tidak rela berjuang kemungkinan Indonesia akan dijajah kembali oleh Belanda akan menjadi kenyataan pahit. Oleh sebab itu sangat wajar jika pemerintah menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan untuk mengenang dan memberikan penghargaan bagi jasa-jasa yang telah mereka berikan bagi negara Indonesia tercinta ini.
Betapa banyaknya orang yang telah berkorban untuk negara ini dan mereka telah ditetapkan pemerintah sebagai pahlawan bangsa, sebut saja misalnya, Teuku Umar, Sisingamangaraja, Imam Bonjol, Tuanku Tambusai, Raja Ali Haji, dan lain sebagainya, atas pengorbanan yang telah mereka berikan untuk negara, mereka ditetapkan sebagai Pahlawan Bangsa, bukan berdasarkan pertimbangan yang lainnya.hal ini menunjukkan betapa tingginya nilai pengabdian dan pengorbanan dalam kehidupan manusia.
Dalam sejarah Islam prestasi seseorang dalam pengabdiannya kepada Islam, biasanya diabadikan ke dalam namanya seperti Khalid bin Walid disebut Pedang Allah, Sa’ad ibn Waqqash Penakluk Persia, Abu Bakar penyelamat negara Islam, Umar ibn Khatab al-Faruq dan Muhammad dari Turki Usmani yang berhasil menaklukkan Konstantinopel disebut al-Fatih yaitu Sang Penakluk Konstantinopel dan lain-lainnya.
Jika orang berkeinginan agar hidup ini berguna dan bermanfaat bagi negara bagi agama dan bagi dirinya sendiri, seperti yang telah dilakukan mereka yang disebut di atas, buatlah pengabdian sebanyak mungkin , baik untuk negara, agama, lingkungan dan kepada orang yang ada di sekitar kita, agar hidup berguna dan bermanfaat, karena makna hidup ini adalah pengabdian, tiada berguna hidup tanpa pengabdian. Siapa yang paling banyak pengabdiannya, itulah yang paling berguna dan bermanfaat hidupnya, siapa yang tidak ada pengabdian, maka hidupnya menjadi hampa dan sia-sia belaka.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, agama Islam pun menempatkan pengabdian berada pada urutan teratas dalam kehidupan manusia, seperti yang dinyatakan Nabi dalam sabdanya, artinya “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang berguna bagi manusia yang lainnya”. Dengan demikian, harga manusia itu ada pada pengabdiannya. Orang yang banyak melakukan pengabdian membantu orang mengatasi kesusahan hidupnya, mereka itulah orang yang akan senantiasa mendapat bantuan dan pertolongan Allah, seperti yang dinyatakan Nabi dalam sabdanya ; artinya “Allah akan senantiasa membantu hamba-Nya, selama hamba-Nya itu senantiasa membantu saudaranya yang lain”.
Jadi datangnya pertolongan Allah kepada manusia, jika manusia itu mempunyai semangat pengorbanan dan kepahlawanan membantu saudaranya yang sedang mengalami kesulitan. Maka bagi mereka yang mudah mengulurkan tangan membantu dan melakukan pengabdian dan pertolongan kepada orang, mereka itulah orang yang akan mudah pula mendapat pertolongan dari Allah di saat mendapat kesulitan hidup. Jadi pengabdian dan pengorbanan itu menjadi sarana bagi mudahnya datang pertolongan Allah.
Di masa kemerdekaan ini, jika seorang guru dengan tekun mengajar anak didiknya di kelas agar kelak mereka menjadi anak yang cerdas yang akan menjadi penerus bangsa, itupun percikan dari semangat pengabdian guru yang dikenal dengan pahlawan tanpa jasa. Demikian juga seorang pencinta lingkungan dengan sabar membenahi lingkungan agar tidak tercemar, itupun percikan dari nilai pengabdian, seorang ilmuan dilaboratorium dengan tekun melakukan penelitian di bidang pertanian, misalnya agar petani dapat menghasilkan panen maksimal, itupun percikan dari semangat pengabdian.
Sebaliknya kini, juga di masa kemerdekaan, terjadi krisis kepahlawanan di antara anak bangsa, yang terjadi bukan rela berkorban untuk kepentingan orang banyak, tetapi mengorbankan kepentingan orang banyak untuk kepentingan pribadi, seperti terjadinya pembakaran lahan secara besar-besaran untuk kepentingan pribadi yang menyengsarakan kepentingan orang banyak, bahkan memakan banyak korban kepentingan masyarakat dalam berbagai bidang, seperti terjadinya korban pendidikan sehingga anak-anak tidak dapat sekolah, korban kesehatan banyak yang sakit bahkan meninggal akibat asap, korban ekonomi yang menimbulkan kerugian besar bagi banyak pihak dan lain-lainnya, krisis kepahlawanan seperti ini kiranya tidak terjadi lagi di Indonesia pada masa yang akan datang.
Pengabdian yang dilakukan seorang mukmin dengan ikhlas karena Allah maka disebut amal saleh atau amal kebajikan dalam Islam. Balasan dari amal kebajikan yang dilakukan oleh orang yang beriman akan mendapat pahala. Pahala dapat bersumber dari dua macam; Pertama, dari semua urusan dunia apabila dikerjakan dengan ikhlas, maka pekerjaan itu menjadi amal saleh dan mendapat balasan pahala. Kedua, dari semua urusan ibadah, seperti salah, puasa, zakat, infak, sedekah dan lain sebagainya apabila dikerjakan karena Allah, maka semua pekerjaan tersebut juga menjadi amal saleh dan juga mendapat balasan pahala.
Suatu yang lebih penting lagi dari semua yang disebutkan di atas bahwa pahala adalah perahu tumpangan orang beriman nanti kelak pada saat mereka menghadap Allah SWT. Mulai dari seseorang di antarkan ke alam barzah (kubur) pahala itu menjadi penolong utama bagi si mayat di dalam kubur, seperti yang digambarkan Nabi dalam hadisnya; artinya “ Yang menyertai seseorang kelak ke alam barzah, ada tiga golongan ; (1) hartanya, (2) keluarganya dan (3) amal salehnya, dua diantaranya (harta dan keluarganya) pulang kembali, hanya satu yang tetap bersamanya yaitu amal salehnya”.
Oleh sebab itu, ternyata persiapan bekal mengahadap Allah SWT, jauh lebih penting daripada persiapan bekal menghadapi masa pensiun, mengapa ada orang yang lebih sibuk menghadapi masa pensiun daripada menghadapi masa setelah pensiun.
Diposkan oleh Tim Liputan Suska News (Suardi, Donny, Azmi, PTIPD)
Dikutip dari Riau Pos Edisi Selasa, 10 November 2015
redaksi@uin-suska.ac.id
Ide Menyekat Gambut (Dr. Elviriadi)
Dosen Fakultas Pertanian UIN Suska Riau
Tiba-tiba publik Riau dihebohkan dengan ide menyekar hilir parit lahan gambut. Mulai dari aparatur pemerintah provinsi Riau, menteri LHK Siti Nurbaya sampai presiden Jokowi ikutan latah menyebut-nyebutnya. Konon, dengan kegiatan yang popular disebut canal blocking itu, gambut tetap basah sehingga masalah kebakaran lahan dan hutan praktis teratasi. Apalagi hujan mulai deras mengucuri tanah Melayu sejak beberapa hari belakangan, cepat-cepatlah kanal (parit) disekat. Penulis yang ada sedikit sebanyak belajar tentang gambut, merasa terpanggil untuk menjelaskan hal-meminjam istilah Mansoer Faqih-“sesat pikir” semacam itu. Untung Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau sempat bertanya kepada penulis, dan hasilnya ide aneh yang dianggarkan Rp 15 miliar tersebut tertunda.
Lahan rawa gambut merupakan sumber daya alam yang mempunyai fungsi hidrologis dan fungsi ekologi lain yang penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup. Nilai penting inilah yang mengharuskan ia dilindungi dan dipertahankan kelestariannya. Luas lahan gambut di Indonesia menempati urutan keempat terbesar di dunia setelah Rusia, Kanada dan Amerika Serikat. Gambut yang tersebar di Kalimantan dan Sumatera, 90 persen arealnya merupakan gambut pedalaman. Ismunardji dan Soepardi melaporkan bahwa di Sumatera ditemukan gambut setebal 11-15 m. Karena ketebalan itu pula ia dilindungi melalui Keppres, Kepmentan dan peraturan Perundangan di Indonesia.
Ekosistem rawa gambut berkait kelindan antara proses, fungsi dan struktur dinamis ekosistem itu sendiri dengan nilai-nilai sosial kemanusiaan. Fungsi ekosistem itu antara lain sebagai wilayah penyangga pelestarian plasma nutfah (biodiversity), didalamnya tersimpan warisan budaya dan kearifan lokal, serta padang perburuan ilmu pengetahuan. Lahan gambut juga tempat penyediaan bahan-bahan bangunan, energi, dan sumber pangan, ikan dan binatang buruan buat masyarakat tradisional. Secara ekologis lahan gambut adalah wilayah penampung air untuk melindungi wilayah sekitar dari kebanjiran, dan menjaga kontiniutas penyediaan air sepanjang tahun. Juga untuk menjaga kualitas air karena gambut dapat menjadi filter dari pencemaran.
Akan tetapi, lahan gambut disebut sebagai lahan rapuh karena mempunyai sifat marginal dengan beberapa kendala apabila hendak disulap menjadi ekosistem buatan semisal hutan akasia dan sawit. Kendalanya antara lain: Pertama, daya dukung bebannya (bearing capacity) rendah sehingga akar tanaman sulit menopang beban tanaman secara kokoh. Kedua, daya hantar hidrolik secara horizontal sangat besar tetapi secara vertikal sangat kecil sehingga mobilitas dan ketersediaan ait dan hara tanaman rendah. Ketiga, bersifat mengkerut tak balik (irreversible) sehingga daya retensi air menurun dan peka terhadap erosi.
Drainase bin Kanal
Untuk mengatasi kendala biogeofisik dan ketidaksuburan lahan, maka korporasi di Riau membuat drainase (kanal) tanpa perhitungan aspek lingkungan jangka panjang. Drainase alias kanal dibuat untuk membuang kelebihan air dan pengendalian muka air tanah agar tercapai kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman industri dan kelapa sawit. Padahal, gambut sangat rentan (fragile land) terhadap gangguan eksternal terutama pengaruh pengeringan dan drainase yang berlebihan. Apabila pengeringan melebihi batas kritis kering tak balik, gambut berubah sifat menjadi hidrofob. Sifat gambut yang mempunyai hubungan erat dengan kejadian hidrofob adalah kadar abu, kadar air, selulosa, lignin, hemiselulosa, kemasaman tanah, gugus fungsi COOH dan Fenolat-OH. Semakin besar efek pengeringan, semakin besar sifat menolak air tanah gambut dan semakin sukar melembabkannya kembali.
Pengeringan lahan rawa gambut melalui kanal-kanal di Riau, telah membuat tercuci/hilangnya jumlah gugus fungsi COOH dan karbon organik lainnya yang bertugas mengikat air. Kondisi itulah yang membuat gambut berubah menjadi arang (hidrofob), praktis terjadi gejala kering tak balik (irreversible drying). Jika sudah demikian, kebakaran lahan menanti di depan mata, asap menggulung berbulan lamanya. Sungguh naif bin aneh apabila kendala kronis semacam itu coba diatasi dengan sekadar canal blocking. Penutupan hilir kanal dengan sekat semacam itu, tidak lantas membuat gambut basah, karena karbon organik semisal COOH telah lenyap. Gugus COOH danfenolat- Ohtersebut, sebagimana dinyatakan di atas, berperan dalam mengikat air. Asumsi bahwa air masuk kembali (rewetting) ke dalam struktur fisik gambut otomatis adalah bualan para akademisi yang gelap qolbunya. Penutupan kanal di hilir hanya efektif apabila unsur-unsur fisik, proses biogeokimia dan hidrologis diatas belum mengalami gangguan berarti, kira-kira tahun 198-an dulu.
Apa mau dikata, lebih dari 80 persenlahan gambut di bumu Lancang Kuning dikelola dengan tidak memperhatikan prinsip keberlanjutan (sustainable use). Peluang untuk kembali ke pangkal jalan masih terbuka. Kita ketuk hati penguasa nun jauh disana, untuk merehabilitasi lingkungan hidup dengan seksama. Dahulukan rakyat, walau pengusaha dan pemegang senjata kau buat kecewa. Ingatlah ketika suatu masa, dimana tiada berguna lagi pangkat dan harta.
Diposkan oleh Tim Liputan Suska News (Suardi, Donny, Azmi, PTIPD)
Dikutip dari Riau Pos Edisi Rabu, 11 NOvember 2015
redaksi@uin-suska.ac.id
Dengan Analisa Jabatan; Jangan Ada yang Merasa Hebat Sendiri dan Merasa Paling Lemah
uin-suska.ac.id – Sebanyak 80 orang peserta yang terdiri dari para Wakil Dekan (WD), Kepala Bagian (Kabag) dan Kepala Sub Bagian (Kasubag) beserta Staf UIN Suska Riau, Kamis (12/11/2015), mengikuti Pelatihan Analisa Jabatan (Anjab) Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ditaja Bagian Kepegawaian di Hotel Zaira Pekanbaru.
Seperti diungkapkan Kabag Kepegawaian UIN Suska Riau, Dra Eli Sabrifa, MA, pelatihan untuk kedua kalinya dilingkungan UIN Suska Riau ini, dilaksanakan karena masih banyaknya pegawai yang bertanya-tanya perihal pembuatan Anjab ini. Dilanjutkan Eli, dalam pelatihan yang direncanakan dilaksanakan selama dua hari ini, menghadirkan narasumber dari Setjen Kementrian Agama, diantaranya, Iwan Kurniawan, Spd, M. Si dan dari internal UIN Suska Riau antara lain Kepala Biro AUPK, Drs H Eramli Jantan Abdullah, MM dan WR II, Dr Akhyar, MA.
Pelatihan ini sedianya akan dibuka langsung Rektor UIN Suska Riau, Prof Dr H Munzir Hitami, MA. Namun karena beliau harus ke Jakarta karena tugas mendadak, pelatihan ini akhirnya dibuka Kepala Biro AUPK UIN Suska Riau, Drs H E Ramli Jantan Abdullah, MM.
Dalam sambutannya, Kepala Biro AUPK, Drs H E Ramli Jantan Abdullah, MM menyampaikan, banyak manfaat dari pelatihan Analisa Jabatan ini. Diantaranya sebagai rujukan pedoman kerja, mengetahui proporsi jabatan serta hak dan kewajibannya sesuai dengan aturan yang berlaku.
Dengan mengisi Anjab kita juga akan mengetahui dan memahami karakter dan tipikal bawahan maupun pimpinan, serta kelebihan dan kekurangan staf kita. Hal ini penting, sebagai upaya pembenahahan baik melalui training atau pelatihan-pelatihan.
Anjab juga sebagai upaya, agar masing-masing kita tak merasa hebat sendiri dan merasa paling lemah. “masing-masing kita harus menjadi baik dari yang terbaik. Tak ada yang paling kuat, dan tak ada yang paling lemah di UIN Suska Riau”, ujar Ramli. Semua saling membutuhkan, kebaikan dan kehancuran UIN Suska Riau adalah kebaikan dan kehancuran kita bersama.
Dengan mengisi Anjab dengan baik, kita akan mengetahui hubungan-hubungan antar unit dan pentingnya menjaga hubungan baik. Dengan mengisi Anjab kita juga akan mengetahui mana garis komando, dan mana yang garis koordinasi. “menurut saya, inilah yang tengah diterapkan Rektor saat ini, yang harus kita ikuti. Jangan lagi terjebak ego sektoral, merasa hebat sendiri” tutup Ramli menambahkan.
Penulis: Suardi
(Tim liputan Suska News: Donny, Azmi, PTIPD)
Pelatihan Analisis Jabatan PNS UIN Suska Riau
Habis Asap Terbitlah Kearifan (Yusuf Rahman)
Mantan Rektor IAIN Susqa Riau (Sekarang UIN Suska Riau)
BENCANA berupa kabut asap yang menurut Riau Pos pernah mendekap 2/3 wilayah Indonesia telah berlalu. Enam provinsi yang menderita paling parah adalah Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Namun kerja memerangi kabut asap agar tidak terjadi lagi belum berakhir. Bencana tahun ini paling parah ketimbang belasan tahun sebelumnya. Sebagian warga mengalami degedrasi kesehatan akibat menghisap udara yang tercemar. Diperlukan biaya besar untuk memulihkan kembali kesehatan warga. Di sisi finansial, perusahaan penerbangan domestik, Indonesia menderita kerugian sekitar Rp 20 Triliun. Kerugian boleh jadi berupa potensial lost.
Mengingat besarnya mudarat yang dialami warga baik fisik maupun finansial, maka tekad bangsa ini perlu ditanamkan agar bencana itu tidak terjadi lagi dimasa depan. Belasan tahun sudah cukup untuk dijadikan pelajaran. Bukankah orang Inggris ia mengatakan experience is the best teacher (pengalaman guru yang paling baik) atau seperti kata orang Minang “alam takambang jadi guru”. Ataukah kita akan selalu menjadi murid yang bebal?
Rakus Tanah
Bumi dan segala isi yang terkandung didalamnya diguunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, demikian bunyi amanat konstitusi. Selama ini, selama turun temurun, amanat itu memang dijalankan. Rakyat menebang dan membakar hutan untuk keperluan ladang berpindah atau menanam karet. Di Indragiri Hilir rakyat menanam kelapa dan produksinya berupa kopra membuat mereka makmur. Pernah terjadi jamaah haji terbanyak dari Riau berasal dari “negeri seribu Parit” itu. Untuk ketiga komoditas itu hutan ditebang dan dibakar akan tetapi karena dalam skala 2 hektare tidak terjadi degedrasi lingkungan. Fauna dan flora hidup berdampingan dengan manusia (sekarang gajah masuk kampung karena hewan besar itu tidak lagi punya habitat), maka janganlah ditanya kenapa ia datang.
Akan tetapi setelah orang Indonesia mengenal adanya sesuatu yang sangat bernilai dibalik tandan sawit, maka berlakulah bunyi pepatah “tak kenal maka tak sayang”. Ketika “dollar hijau” itu belum dikenal hutan tidak diusik. Akan tetapi ketika diketahui nilai yang terkandung dalam bijinya, maka perlombaan membabat hutanpun dimulai guna menanam sirakus tanah itu )dan juga rakus air dengan cara menyedot air dari waduk/sungai).
Kadang-kadang terjadi benturan antara tanah bakal perkebunan sawit dengan “hutan adat” dan yang menang tentulah pengusaha berkapital besar itu. “Hutan kita sudah tipis. Sekarang susah unuk mencari kayu untuk membangun rumah anak kemenakan, “kata seorang penghulu adat. Anak-anak sekarangmemang tidak pernah tahu bahwa kayu untuk membangun rumah kakek mereka ditebang di hutan dan diangkut oleh kerbau ke kampung (disebut kerbau pendarat yang kini tinggal kenangan). Masalahnya pemerintah kala itu lebih mendengarkan suara kaum pemodal dari pada kaum adat.
Penegakan hukum
Apakah bencana akan datang lagi atau tidak tergantung pada sikap kita yakni apakah hukum ditegakkan atau tidak. Ketika hukum ditegakkan tanpa pandang bulu si pelaku akan jera dan tidak mengulangi lagi perbuatannya. Calon si pelakupun akan berpikir seribu kali sebelum membakar hutan pula. Maka negeri terbebas dari bencana. Akan tetapi bila hukum bisa dipermainkan alias KUHP (kasih uang habis [erkara), bencana akan datang lagi. Pembakaran hutan dan lahan (Karhutla) akan mencemari udara lagi, ulah pemain lama plus pemain baru. Agar bencana benar-benar menghilang, para penegak hukum hendaknya memutus perkara sesuai suara nuraninya yang tentu sesuai pula dengan nurani rakyat yang pernah dibuat menderita itu. Hukuman bagi karhutla adalah UU No. 41/1991 tentang Kehutanan. Pelaku diancam pidana paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp 5 miliar. Lalu UU No. 18/2004 tentang Perkebunan. Dinyatakan apabila dilakukan dengan sengaja diancam pidana paling lama 3 tahun dan denda Rp 3 miliar.
UU menyangkut karhutla ini ternyata bukan dua diatas saja. Ada UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 5/1990 tentang Konservasi Daya Alam Hayati, UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Oleh karena banyaknya undang-undang, maka pelaku karhutla dapat dikenakan pasal berlapis.
Diantara enam provinsi terdampak, Provinsi Kalimantan Tengah memberlakukan Peraturan Gubernur (Pergub) yang diduga melegalkan pembakaran lahan sebagai metode pembukaan perkebunan dan pekarangan. “kami minta Pergub dicabut” ujar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya. Tidak jelas apakah karena pertimbangan ini Kalteng merupakan satu-satu provinsi di Kalimantan yang dikunjung presiden dan rombongannya baru-baru ini.
Sejauh ini pemerintah telah mendaftar 413 perusahaan yang diindikasikan melakukan karhutla seluas 1,7 juta hektare. Perusahaan-perusahaan itu kini melalui proses klarifikasi dan verifikasi menteri. Tapi rakyat tak sabar menunggu lebih lama lagi, Bu Menteri.
Penutup
Tulisan ini ditutup dengan mengungkapkan informasi dari Dr Emil Salim, mantan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Pada Konferensi Pemanasan Global (Global Warming Conference) di Kopenhagen, negara-negara anggota terutama dari Eropa meminta agar Indonesia melestarikan hutannya yang dinilai berfungsi sebagai paru-paru dunia. Ketika diingatkan mereka juga menebang hutan, mereka mengakui bahwa nenek moyang mereka telah salah dan Anda hendaknya tidak membuat kesalahan yang sama, pinta mereka. Kini terserah pada kita apakah kita akan terus membabat dan membakar hutan dengan segala derita yang ditimbulkannya, ataukah kita melestarikannya sambil memanfaatkan sumberdaya alam itu. Ya Rabbabana, berilah kearifan kepada pemimpin-pemimpin kami agar nikmat hutan-Mu itu menyejahterahkan kami. Ya Allah perkenankanlah doa semua hamba-Mu yang terzalimi ini.
Diposkan oleh Tim Liputan Suska News (Suardi, Donny, Azmi, PTIPD)
Dikutip dari Riau Pos Edisi Jumat, 13 November 2015
redaksi@uin-suska.ac.id
Evaluasi dan Presentasi Sistem Host to Host oleh PT. Bank BNI Syariah
UIN Suska Riau Ikut Motori Pembentukan Asosiasi PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI PERGURUAN TINGGI ISLAM se- Indonesia
uin-suska.ac.id – Dalam rangka meningkatkan kontribusi bagi kemajuan pendidikan tinggi di Indonesia di bidang komunikasi khususnya dan ilmu pengetahuan teknologi pada umumnya, 15 Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) yang memiliki program studi ilmu komunikasi, sepakat mendeklarasikan Asosiasi Ilmu Komunikasi Perguruan Tinggi Islam (ASIKOPTI). Pendeklrasian ASIKOPTI sendiri bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional 10 November, di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.
ASKOPTI sendiri dimotori 15 PTAI di Indonesia. Termasuk UIN Suska Riau yang diwakili salah seorang dosen Komunikasi, Titin Antin, S.Sos, M.Si. Sedangkan perguruan Tinggi Agama Islam lainnya yaitu, UIN Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Muhammadiyah Ponorogo, UIN Sunan Ampel Surabaya, UNIDA Gontor, UIN Suska Riau, Universitas Islam Bandung (UNISBA), STAIN Kediri, STAIN Kudus IAIN Salatiga, STAIN Pekalongan, IAIN Tulungagung, IAIN Purwokerto, dan IAIN Cirebon.
Dalam deklarasi tersebut, terpilih sebagai Ketua Umum adalah Drs. H. Bono Setyo, M.Si dari UIN Suka dan Sekertaris Umum, Rendra Widyatama, SIP, M.Si dari UAD. Dikatakan Bono, keanggotaan ASIKOPTI terbuka bagi PTAI baik negeri maupun swasta yang memiliki program studi ilmu komunikasi.
“ASIKOPTI sendiri merupakan wadah bersatunya perguruan tinggi keislaman baik dari berbagai kelompok atau organisasi baik Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, maupun ormas-ormas keislaman lain yang ada di Indonesia.” jelas Bono yang saat ini juga menjabat sebagai ketua prodi ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga
Bono berharap, agar perguruan tinggi lain yang berafiliasi keislaman dan memiliki program studi ilmu komunikasi dapat segera bergabung dalam ASIKOPTI. Sebagai asosiasi baru, ASIKOPTI akan merumuskan berbagai aspek kelengkapan organisasi sebagai sebuah asosiasi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. “Prodi komunikasi dari berbagai kampus lain di bawah Perguruan Tinggi keislaman di seluruh Indonesia dapat segera bergabung dengan kami di ASIKOPTI.” Papar Bono.
“Dengan menjadi anggota ASIKOPTI, diharapkan program studi komunikasi yang dibawah naungan perguruan tinggi keislaman dapat maju dan berkembang lebih cepat. Hal ini selaras dengan tantangan di masa mendatang, dimana Indonesia memasuki era perdagangan bebas dan terbentuknya masyarakat global, antara lain Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), termasuk munculnya internet dan media sosial.”
Setidaknya ada tiga tujuan utama dari pembentukan ASIKOPTI, yakni, Meningkatkan dan mempercepat upaya perkembangan dan tata kelola pendidikan tinggi ilmu komunikasi. Memberikan kontribusi pengembangan keilmuan pada ilmu komunikasi di Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya serta. Serta sebagai forum komunikasi dan silaturahim antara dosen dan pengelola program studi ilmu komunikasi di bawah perguruan tinggi keislaman di seluruh Indonesia. (Rls)***
Editor: Tim Liputan Suska News (Suardi, Donny, Azmi/PTIPD)
redaksi@uin-suska.ac.id
Evaluasi dan Presentasi Sistem Host to Host Oleh PT. Bank BRI Syariah
UIN Suska Riau Evaluasi Sistem Host to host dengan Bank Mitra; Tahun 2016 Uang Kuliah Bisa dibayar Melalui ATM
uin-suska.ac.id – Demi terus meningkatkan pelayanan terhadap mahasiswa, terutama menyangkut pembayaran uang kuliah, Selasa (17/11/2015) UIN Suska Riau lakukan Evaluasi dan Presentasi sistem hos to host. Hari itu, ada dua bank mitra melakukan evaluasi dan presentasi yang bertempat di ruang rapat pimpinan gedung Rektorat lantai IV UIN Suska Riau.
Paginya sekitar pukul 09.00 WIB, evaluasi dan presentasi dilakukan Bank BNI Syari’ah dipimpin kepala cabang BNI Syari’ah Pekanbaru, Mohammad Yasyfien bersama tim IT kantor pusat dan rombongan. Sedangkan siangnya sekitar pukul 14.00 WIB, evaluasi dan presentasi dilakukan Bank BRI Syari’ah juga dipimpin langsung kepala cabang BRI Syari’ah Pekanbaru, Rahmadianur bersama tim IT kantor pusat dan rombongan. Sementara dari UIN Suska Riau sendiri disamping dihadiri Rektor dan para Wakil Rektor, juga tampak hadir para wakil Dekan, Kepala Biro AAKK, para Kabag dan tim IT yang juga dari Pusat Teknologi Informasi Pangkalan Data (PTIPD) UIN Suska Riau.
Dalam arahannya Rektor UIN Suska Riau, Prof Dr H Munzir Hitami, MA menyampaikan berdasarkan pengalaman yang sudah ada, perlu adanya semacam stimulan atau rangsangan dari pihak Bank kepada mahasiswa, akan kesadaran menabung. Sehingga rekening Bank mahasiswa diisi tak hanya pas saat pembayaran, atau malah pada waktu-waktu terakhir pembayaran uang kuliah. Hal ini penting, salah satunya untuk mencegah alpha studi akibat kelalaian mahasiswa mengisi rekening saat pembayaran uang kuliah sesuai jadwal yang ditentukan. Dengan adanya tabungan pada rekening mahasiswa yang terdaftar, pihak Bank bisa melakukan penarikan dari tabungan secara otomatis sesuai jumlah nominal uang kuliah masing-masing. Ungkap Munzir.
Munzir Hitami juga menekankan perlunya real-time pihak Bank, saat penyetoran uang kuliah bagi mahsiswa. Disamping juga koneksitas antara sistem akadamik Iraise UIN Suska Riau, dengan sistem Banking secara real-time. “Sehingga ketika mahasiswa sudah menyetor uang kuliah lewat Bank, sistem Akademik Online Iraise untuk pelayanan perkuliahan secara otomatis bisa dibuka, dan begitu juga sebaliknya. Jika diperguruan tinggi lain bisa, mengapa di UIN Suska Riau tidak” ujar Munzir. Munzir Hitami juga menginginkan, agar kartu mahasiswa yang juga sekaligus sebagai ATM dilengkapi sistem aplikasi multi guna, sehingga semua pelayanan bisa dengan satu kartu.
Menanggapi hal ini, kepala cabang BNI Syari’ah Pekanbaru, Mohammad Yasyfien dalam sambutannya mengungkapkan, berbekal kepercayaan yang telah diberikan UIN Suska Riau sejak tahun 2012 silam sebagai salah satu pengelola pelayanan keuangan mahasiswa, pihaknya akan senantiasa melakukan berbagai peningkatan pelayanan di UIN Suska Riau. Tentu saja dengan mengedepankan kaidah-kaidah syariah Islam, mulai dari yang dulunya manual hingga sampai pada sistem host to host sekarang ini.
Namun BNI Syari’ah Pekanbaru sebagai anak cabang, tentunya masih banyak kekurangan-kekurangan. Disamping juga terdapat kendala-kendala eksternal dengan pihak lainnya seperti terkait server dengan Telkom dan pihak lainnya. “Namun kita telah melakukan pembahasan-pembahasan dalam mencari solusinya dan terus melakukan koordinasi-koordinasi secara teknis” ungkap Yasyfien. Oleh karena itu, masukan-masukan yang disampaikan UIN Suska Riau tentunya sangat berharga dalam menuju lebih baik lagi.
Pada kesempatan tersebut, pihak BNI Syari’ah juga mempresentasikan sistem Banking yang akan di terapkan ke depan. Dimana tak ada cara lain penggunaan live ATM dan masukan-masukan dari UIN Suska Riau akan terus dibahas untuk di realisasikan. “mudah-mudahan caturwulan pertama tahun depan, penggunaan dan pembayaran ATM bisa dilakukan” ungkap Yasyfien
Dalam kesempatan lainnya, kepala cabang BRI Syari’ah Pekanbaru, Rahmadianur dalam sambutannya mengungkapkan, BRI Syaria’ah bertekad untuk senantiasa melakukan perbaikan-perbaikan. Menindak lanjuti masukan-masukan UIN Suska Riau, melalui tim IT nya, Ananta, BRI Syari’ah mempresentasikan sistem Virtual account yang akan segera diterapkan di UIN Suska Riau. “mudah-mudahan Januari tahun depan, pembayaran uang kuliah mahasiswa bisa dilakukan di ATM-ATM bersama diseluruh Indonesia.
Disamping presentasi, acara juga diisi dengan diskusi dan tanya jawab antara pihak UIN Suska Riau, dengan pihak Bank mitra, terkait langkah-langkah dan upaya kedepan.**
Penulis: Suardi
(Tim liputan Suska News: Donny, Azmi, PTIPD)
redaksi@uin-suska.ac.id
Pustakawan Menghadapi MEA (Muhammad Tawwaf )
Pustakawan di UIN Suska Riau
JUDUL tulisan di atas adalah sebuah inspirasi dari bacaan sebuah opini di salah salah satu tulisan yang ada di media cetak. Judul tulisan opininya “Kesiapan Bangsa Indonesai Menghadapi MEA”. Setelah membaca tulisan tersebut, saya terinsipirasi untuk mencoba menulis kembali atau lebih kerennya ” Mengadopsi” pikiran-pikiran penulis Opini tersbut, namun arahnya lebih kepada profesi saya sebagai pustakawan.
Istilah MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) atau Asean Free Trade Area (AFTA) bukan hal yang baru. Mungkin tidak kurang dua bulan lagi kita bangsa Indonesia suka atau tidak suka siap atau tidak siap Negara ini akan menjadi bagian tidak terpisahkan dari sebuah komitmen bersama dan sebuah komunitas ekonomi baru akan memasuki MEA. Wempy mengatakan aset paling berharga yang dimiliki bangsa Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 adalah sumber daya manusia. Ketika isu MEA dibahas di dalam berbagai forum selalu mengangkat MEA secara umum dengan melupakan aspek modal sosial dan budaya.
Pustakawan dalam hal ini adalah sebagai aspek sosial dan budaya sudah semestinya mengantisipasi diri dari gempuran masuknya tenaga kerja di beberapa tempat atau perusahaan di Indonesia. Boleh jadi di lembaga pendidikan dan instansi yang memiliki perpustakaan akan tergantikan oleh pustakawan dari negara ASEAN lain yang memiliki kemampuan dan kompetensi pustakawan yang lebih andal dan lebih profesional.
Tentu saja siap atau tidak siap pustakawan harus memacu diri sehingga tidak menjadi pononton di rumah sendiri atau tergusur dari lembaganya. Kompetensi pustakawan Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN tidak bisa dipungkiri bahwa mereka lebih baik dari pustakawan Indonesia. Berdasarkan pengalaman penulis yang sudah berkunjung ke empat perpustakaan negara ASEAN (Malaysia, Vietnam, Singapura dan Thailand), lima negara daratan Eropa (Belanda, Prancis, Swis, Jerman dan Belgia), Hong Kong, Jepang, Timur Tengah dan North Amerika tepatnya Kanada dari berbagai forum pertemuan yang dihadiri, hanya sebagian kecil pustakawan Indonesia yang mampu berpartisipasi dalam kegiatan kepustakawan Asean (Asean Librarianship) apalagi tingkat dunia seperti World Library and Information Congress, IFLA General Conference and Assembly yang diadakan setiap tahun di berbagai negara di dunia.
Singapura saja yang hanya berpenduduk jauh lebih kecil dibanding negara-negara lain di Asia dan tidak memiliki sumber daya alam seperti gas bumi, minyak, dan lainnya tapi mereka jauh lebih maju karena Singapura memiliki sumber daya manusia yang andal serta ekonomi yang lebih baik. Singapura terpilih dan sukses dalam penyelenggaran Konferensi Tingkat Dunia World Library and Information Congress, 79th IFLA General Conference and Assembly. 17-23 Agustus 2103 Singapura, bahkan selama penyelenggaran WLIC oleh IFLA hanya Singapura yang mampu memberikan sponsorship khusus negara-negara berkembang untuk mengikuti kegiatan yang sangat mahal tersebut. Alhamdulillah penulis adalah salah satu peserta dari Indonesia yang memperoleh bantuan tersebut setelah melewati asesmen dan persyaratan terpenuhi.
Mungkin di segi ekonomi beberapa negara Asia belum siap menghadapi MEA, namun mereka mempersiapkan aspek lain salah satunya sumber daya manusia dalam hal ini kompetensi pustakawan. Oleh sebab itu kompetensi pustakawan harus ditingkatkan melalui edukasi dan pendidikan baik formal maupun non formal untuk menyambut MEA yang tinggal dua bulan lagi.
Pengamat sosial Universitas Andalas (Unand) Padang Prof Nursyiwan Effendi yang ditulis oleh Ikhwan Wahyudi dalam sebuah tulisan mengatakan bahwa Indonesia, menurut dia memiliki kesamaan budaya dengan negara-negara Asean seperti kekayaan budaya dan keramahan masyarakatnya. Ada banyak sumber daya manusia dari negara Asean belajar bahasa Indonesia di negeri yang berpopulasi terbesar di Asia Tenggara sekitar 235 juta jiwa (Indonesia), Filipina berada pada urutan kedua dengan jumlah penduduk sekitar 107 juta jiwa dan Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki penduduk paling sedikit hanya sekitar 400 ribu jiwa mereka belajar bahasa Indonesia dengan tujuan apabila mereka ingin bekerja di Indonesia dengan mudah beradaptasi di lingkungan kerjanya. Dalam hal ini salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh sumber daya manusia (pustakwan) adalah mempelajari bahasa masyarakat anggota ASEAN.
Bahasa Inggris yang merupakan salah bahasa dunia yang diakui oleh PBB merupakan bahasa komunikasi yang wajib dimiliki oleh pustakawan. Ada beberapa pustakawan dapat mengikuti berbagai macam kegiatan di forum internasional seperti; short course, training, international events seperti seminar atau konferensi tanpa harus bisa berbahasa inggris, namun hal itu kebanyakan program yang sudah dibuat oleh lembaganya, sehingga pustakawan tinggal mengikuti saja (kalaupun ada seleksi terkesan hanya formalitas saja) atau faktor lain tapi bukan kemampuan berbahasa.
Sedikit sekali pustakawan yang bisa memperoleh kesempatan mengikuti kegiatan-kegiatan forum-forum kepustakawanan di atas yang disebabkan faktor bahasa dan kemampuan untuk mencari sendiri informasi di website (information literacy) tidak dimiliki oleh pustakawan di samping memang faktor lain dana. Padahal ada begitu banyak tawaran bantuan (sponsorhip) untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Pentingnya Sertifikasi
Menghadapi MEA yang sudah di depan mata, tentu menjadi tantangan tersendiri baik oleh negara- negara di Asean maupun para profesional di bidang kepustakawanan. Arus masuknya tenaga kerja asing tidak mungkin dapat dibendung lagi. Hal ini akan menjadikan jasa tenaga kerja di Indonesia akan memiliki persaingan yang berat dengan masuknya tenaga kerja asing yang tentu memiliki kompetensi dan berkualitas serta kemahiran berbahasa Inggris di samping kompetensi profesi pustakawan harus profesional.
Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain dalam hal sertifikasi profesi masih sangat rendah. Misalnya saja di sektor pariwisata. Di Filipina, saat ini sudah ada 600 ribu tenaga kerja bersertifikat ASEAN untuk pariwisata. Sementara Indonesia baru BNSP memberikan sertifikat parawisata perdana di Denpasar sebanyak 400 orang.
Sama halnya dengan parawisarta, BNSP pada sertifikasi profesi pustakawan saat ini sudah berlangsung, lembaga sertifikasi profesi perpustakaan nasional baik yang dilaksanakan di Jakarta maupun di beberapa daerah (termasuk Riau) yang memiliki tempat uji kompetensi sebagai perpanjangan dari LSP pada 3 tahun terakhir sudah memberikan sertifikat Kompeten dari BNSP sesuai dengan klaster yang dipilih (pengembangan koleksi, layanan, pengolahan dan perawatan)
Melalui sertifikasi profesi pustakawan, hal menjadi bukti atau pengakuan terhadap kemampuan mereka. Dengan sertifikat kompetensi yang sudah diperoleh oleh pustakwan melalui asesmen dan dinyatakan kompeten, mereka dapat memilih keahlian sesuai dengan klaster yang dipilih.
Dengan demikian sertifikasi dapat menjadi sarana untuk meningkatkan jenjang karier dan memacu diri agar lebih profesional dan mencapai hasil pekerjaan yang berkualitas dan dapat dipertanggung-jawabkan. Dengan memiliki sertifikat kompetensi, para pustakawan akan memiliki kepercayaan tinggi dalam melakukan penawaran posisi jabatan atau pekerjaan dengan pihak pengguna. Berbekal sertifikat kompetensi, para pustakawan juga tidak akan canggung berkomunikasi dengan rekan seprofesi.
Demikian halnya dengan lembaganya (perpustakaan), melalui sertifikasi pustakawan dapat menjadi indikator seleksi penerimaan pegawai (rekrutmen), sehingga dalam penerimaan tersebut tidak hanya mengandalkan ijazah saja.
Diposkan oleh Tim Liputan Suska News (Suardi, Donny, Azmi, PTIPD)
Dikutip dari Riau Pos Edisi Sabtu, 14 November 2015
redaksi@uin-suska.ac.id
The First International Seminar on Teacher Education; Preparing Future Teachers: Islam, Knowledge and Character
The First International Seminar on Teacher Education; Upaya Memperkuat Diri Menghadapi Tantangan Pendidikan
uin-suska.ac.id – Para peserta yang sebagian besar terdiri dari para praktisi pendidikan, tampak antusias mengikuti The First International Seminar on Teacher Education, yang dimotori Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau bertempat di Hotel Grand Central Pekanbaru Sabtu, (22/11/2015). Acara yang berlangsung selama dua hari dan direncanakan menjadi agenda tahunan ini mengambil tema “Preparing Future Teachers: Islam, Knowledge and Character”.
Bertindak sebagai keynote speaker Prof Dr Ramiee Mustafa dari UPSI Malysia, Dr Adrian Rodgers, dari Usintec-ohio State University Amerika, Amirul Mukminin, Msc, Ph.D dari Universitas Jambi Indonesia dan M Sirozi, MA, Ph.D dari IAIN Raden Fatah Indonesia. Adapun topik utama yang diangkat dalam seminar ini seputar, curiculum and Media Development Course Design, Learning Approach, model and strategies, Evaluation and Assesment Education, Islamic Integrated Education, Character Education, Islamic Conseling in Education, Education Policy, Multicultural Education, Education for Disabilities, Gender in Education dan Progressive Education in Islamic Prspective.
Seminar Internasional ini dibuka secara resmi oleh Rektor UIN Suska Riau, diwakili WR I, Dr Hj Helmiati, M. Ag. Dalam sambutannya Helmiati mengungkapkan, seminar ini menjadi menarik ditengah banyaknya tantangan dan cabaran yang sedang dan akan dihadapi dunia pendidikan kita saat ini. Sehingga perlu dipikirkan bagaimana mempersiapkan dan memperkuat diri untuk menghadapi tantangan tersebut.
Helmiati menambahkan, tantangan itu antara lain terkait mutu sistem pendidikan Indonesia yang masih tergolong rendah dalam komparasi Internasional. Dalam tabel liga global yang diterbitkan Firma pendidikan Pearson, tahun 2012 sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia bersama Mexico dan Brasil. Mengingat kondisi ini, tentunya menjadi sangat urgen bagi kita dalam mengangkat mutu sistem pendidikan, dimana guru adalah ujung tombaknya.
Seiring dengan itu, tantangan lainnya terkait Tingginya Pertumbuhan penduduk indonesia usia produktif. Dimana usia produktif 15 sampai 64 tahun, lbh banyak dari usia non produktif saat ini. Puncaknya pada tahun 2020 sampai 2035, usia produktif diperkirakan mencapai 70 persen. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan kita. Bagaimana usia produktif ini dpt menjadi SDM yg memiliki kompetensi dan life skill melalui pendidikan, agar menjadi modal pembangunan dan tidak sebaliknya jadi beban pembangunan.
Tantangan lainnya terkait arus globalisasi dan pasar bebas, serta MEA yang sdh di depan mata. Dimana terjadi arus bebas barang dan jasa serta tenaga dari berbagai negara asing. Untuk bisa survive tentunya mereka yang memiliki pengetahuan dan skill. Mau tak mau, lembaga pendidikan dimana guru sebagai ujung tombak harus betul-betul mampu mempersiapkan SDM yang terampil, peka dan kritis agar mampu berkompetisi dengan tenaga asing, yang datang dari luar negeri.
Belum lagi kalau berbicara tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kebijakan-kebijakan internasional yang mempengaruhi sistem pendidikan kita menyebabkan kita harus mencari formulasi model pendidikan guru masa depan yang handal dalam rangka peningkatan mutu dan menghadapi persaingan global.” Karena itu sangat tepat, bila pada hari ini Fakultas Tarbiyah dan Keguruan sebagai lembaga yang bertugas mempersiapkan pendidik dan tenaga kependidikan mendiskusikan bagaimana mempersiapkan guru masa depan” ujar Helmiati.***
Penulis: Suardi
(Tim liputan Suska News: Donny, Azmi, PTIPD)
redaksi@ uin-suska.ac.id
UIN Suska Olympic Games 2015
UIN Suska Riau Raih Juara Pertama Olimpiade Matematika Se-Sumatera
uin-suska.ac.id Utusan Pendidikan Matematika (PMT) UIN Suska Riau Lussy Midani Rizki raih juara satu dalam olimpiade matematika tingkat mahasiswa se-Sumatera. Acara yang digelar di Universitas Bengkulu (UNIB), Jum’at (20/11/2015) berlangsung selama tiga hari.
Dalam acara ini, kontingen dari UIN Suska Riau berhasil keluar sebagai pemenang. Lussy panggilan akrabnya berhasil menyisihkan 35 peserta terbaik dari berbagai perguruan tinggi di Sumatera.